Landing at Perth

IMG_2073
Saat transit di Bali

Dream comes true. Di depan channel F2 terminal keberangkatan bandara Soetta 12 siswa terlibat diskusi yang hangat. Kaos hijau kuning yang mereka kenakan dan slayer hitam kuning strip yang menggantung di leher mereka, menjadi ikon dadakan di sepanjang gate F2 yang pagi itu baru saja mulai bernafas. Derap kaki lalu lalang di sekitar forum muda itu senantiasa mengantarkan pandangan mata untuk menemui ikon baru itu. Laily memang memang masih sangat belia, tapi tiap orang yang pernah merasakan nafas organisasi kampus, akan terkenang dengan serunya rapat senat di ruang-ruang sempit kampus saat melihat gaya Laily, Zaza, Arif, Razis, Isa, Sofia mengambil inisiatif memimpin rapat grup kuning hijau dengan bendera Australia di lengan kanan itu. Ya, kontingen Darul Abidin sedang mempersiapkan skenario kegiatan di AIC Perth Australia . Ini adalah kesempatan terbaik sebelum transit di Denpasar, setelah ini tak ada lagi waktu bagi semua orang, begitu yang mengemuka dalam forum muda itu.

IMG_2069
Rapat ‘Senat’ di Soetta hehe..

Ini adalah pengalaman pertama kami semua untuk terbang ke Perth Australia. Setelah mempelajari rute penerbangan, kami sudah mengatur segalanya termasuk jadwal makan. Kami akan sarapan di jakarta, makan siang di Denpasar, dan dinner di Perth. Tak perlu waktu lama, ruang tunggu bagi penerbangan pertama kami dibuka. Sambil melirik jam, tiap anggota kontingenpun bergegas menyusuri lorong terakhir bandara sebelum masuk pesawat. Delay 30 menit ternyata tidak mampu menyurutkan semangat kami mewujudkan mimpi. Tepat pkl 10 akhirnya kami semua memasuki badan pesawat Air Asia menuju Denpasar Bali.

Dari awal kami para guru pendamping merasakan berbagai kemudahan yang Allah berikan selama perjalanan kami. Berita tentang pengalaman landing di Denpasar yang penuh turbulensi sirna seiring roda pesawat menyentuh landasan. It was a soft landing. Jam menunjukkan pukul 12.45 WITA sehingga kami memutuskan untuk melakukan checkin transit terlebih dahulu sebelum makan siang. Namun ternyata perjalanan dari terminal kedatangan domestik menuju terminal keberangkatan internasional sangatlah jauh. Melalui lorong-lorong yang panjang dan berkelok, ditambah lagi toilet time dan selfie time yang cukup menyita waktu. Semua anak merasakan rasa lapar yang mulai menjalar, tapi kita tetap harus melakukan checkin terebih dahulu sebelum yang lainnya. Kami memang selalu mengutamakan menunggu daripada terlambat, sehingga waktu tunggu 3 jam di jakarta pun kami pilih. Tak terasa sampai di terminal keberangkatan internasional, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 dan kamipun langsung melakukan checkin. Alhamdulillah semuanya lancar.

Mencari makan siang di terminal keberangkatan internasional Bandara Ngurah Rai ternyata bukanlah perkara mudah. Sulit sekali mencari makanan yang halal, murah, cepat, dan mengenyangkan, ditambah waktu yang terus bergerak. Singkat kata kami terdampar di sebuah resto yang aman untuk makan nasi goreng. Full of tank. Pukul 14.30 kami rampung makan siang dan segera bergerak ke gate penerbangan tujuan perth, mengingat boarding time akan dilakukan pkl 15.10, berarti hanya ada waktu 20 menit sebelum pintu pesawat dibuka untuk kami. Tak disangka perjalanannya lumayan jauh, bu Fitri sebagai ketua rombongan sudah setengah berlari ke arah gate yang ternyata berada di bagian paling ujung dari lorong yang sangat panjang ini. Pfuh, alhamdulillah, setelah dicegat untuk pemeriksaan akhir barang bawaan, kami hanya perlu waktu duduk sekitar 5 menit saat petugas meminta semua calon penumpang memasuki badan pesawat. Semua anak sangat sigap dan gesit dalam merespon keadaan dan instruksi para guru pendamping, sehingga sejak keberangkatan di depan depok mal sampai fase akhir penerbangan mewujudkan mimpi, Allah memberikan kemudahan-demi kemudahan. Bagaimana tidak, di antara kami ada beberapa anak termasuk pendamping memiliki over weight dan size untuk barang yang masuk bagasi, kemudian ada yang membawa barang liquid atau jell yang melebihi 100ml, namun setiap petugas seolah mengabaikan semuanya. Alhamdulillah.

IMG_2078
Makan Siang dengan menu Nasi Goreng di Ngurah Rai

IMG_20161020_142633
Foto bareng Aufa yang kalem dan imut saat makan siang di Ngurah Rai

where are you going madam?” tanyaku kepada seorang wanita kulit putih setengah baya di tengah antrean. “(I’m) going to Perth”. Mendengar kata Perth, kurasa mimpi itu semakin nyata. Dengan semangat aku tanya lagi, “Travelling?, We’re going to perth too”. “Oh no. I’m back home!” katanya tenang sambil tersenyum lebar. Seketika kami memandang sepanjang antrean. Yah… ternyata kami berada di tengah-tengah warga Perth yang hendak pulang ke rumah. Hampir seluruh penumpang adalah warga perth. Di dalam pesawat, tak ayal kamipun menjadi sasaran pertanyaan dari samping kanan kiri. Selain wajah yang Indonesia, seragam hijau kuning dengan bendera australia sangat kontras dengan penampilan super cuek ala kadarnya para warga perth. Aku sangat senang melihat peserta tidak malu-malu berbicara dengan orang asing di sampingnya. Di balik kursiku, cukup jelas terdengar suara Inkan berbincang dalam bahasa inggris. Di belakang, Zaza, Aufa pun tak canggung menjawab pertanyaan2 teman sebangkunya yang bule. Alhamdulillah.. “Hi mate, success for you. good day”.

Menurut jadwal, pesawat akan touch down Perth pada pukul 19.30 waktu Perth yang sama dengan waktu Denpasar, atau 1 jam lebih awal dengan waktu Jakarta. Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan di udara, Pilotpun akhirnya mengumumkan pesawat akan segera mendarat. Dari jendela bagian kanan, jelas terlihat lembayung yang bergradasi dengan daratan yang gelap dan langit yang bersih. Kami teringat dengan apa yang dikatakan orang tentang langit yang bersih ini: in Perth, The sky is always blue.., Ya.. “Welcome to Perth”.

Leave a comment

Up ↑